Vol 1:Chapter 05 – Karavan Black Merchant
Penerjemah : indra.K
Editor :dimas.ais
Sumber English : novelonlinefree.com
Editor :dimas.ais
Sumber English : novelonlinefree.com
“Black Merchant, mereka merupakan salah satu kelompok manusia yang berperan penting dalam dunia ini. Tanpa mereka, standar hidup para monster tidak akan pernah maju, dan masa depan Kerajaan akan menjadi suram.aku selalu menekankan pentingnya Black Merchant untuk para pemilik toko.
Sejak hari itu, kami melewati hari-hari yang damai, bahkan itu sampai-sampai membuatku terkejut. Meskipun ada banyak hal yang tidak bisa kulakukan, serta banyak ide yang tidak bisa aku wujudkan, aku masih setuju jika menyebutnya sebuah kehidupan.
Hal yang membuatku bingung adalah bahasa yang kadang-kadang dia ucapkan, sehingga aku mencoba menterjemahkannya dalam hati. Bahasa yang digunakannya benar-benar berbeda.
Meskipun kami tidak bisa mengerti kata yang kami ucapkan satu sama lain, akan tetapi kami masih mencoba mengungkapkan sesuatu.
Selain itu, masalah lainnya yaitu garam. Mungkin akan baik-baik saja jika hidup tanpa gula, akan tetapi mustahil untuk hidup tanpa garam. Sampai-sampai aku memiliki sumber penghasilan tetap garamku sendiri, yaitu rasa asin dari keringatku atau meminum darah hewan yang kami buru.
Jika aku terus hidup seperti ini, aku akan benar-benar berubah menjadi serangga.
Meskipun aku memiliki hambatan dengan bahasa, aku tidak bisa mengungkapkan keinginanku kepada siapapun. Namun, sebuah kesempatan akan muncul, contohnya ketika karavan Black merchant lewat.
Berdasarkan catatanku, ini merupakan hari ke-5 setelah aku datang ke dunia ini.
Ketika aku mengatasi kebosananku, aku duduk di pintu masuk gua, berpikir tentang bagaimana aku bisa mendapatkan kesempatan untuk makan daging yang matang dan dibumbui dengan garam, juga belajar bahasa di dunia ini, atau bahkan membeli sebungkus rokok.
Pada saat itu, sebuah bunyi ritmis panjang clarion datang dari kaki gungung.
Dia adalah orang yang berjalan paling depan – dia memperketat tali busur turkinya, serta membuat anak panah pada quivernya bergetar, dan juga dia mengenakan jubah hitam.
Setelah itu, dia pergi ke sebuah gua yang gelap. Meskipun aku tidak diizinkan untuk memasuki gua tanpa izinnya, aku menduga bahwa gua itu adalah tempat dimana aku pernah terikat dalam waktu yang lama.
Aku tidak begitu bodoh sehingga aku ingin menghancurkan kepercayaan yang aku bangun antara kami dengan susah payah.
Ketika aku selesai dengan 1 batang rokok, dia akhirnya keluar dengan tas kecil di tangannya. Hanya dilihat dari ikatan bagian atasnya, aku bisa melihat bahwa itu diisi dengan beberapa jenis koin. Selain membelanjakannya pada pengeluaran rutin, mungkin masih ada fungsi lain yang sebenarnya untuk koin-koin tersebut.
Aku sungguh tidak yakin kalau Medusa akan menyimpan uang itu di bank.
Apa yang terjadi berikutnya kemudian dia melempakan tas itu kepadaku ……
Eh?
Pada saat itu, aku tidak tau berapa jumlah uang dalam tas itu, pada kenyataanya jumlah uang tersebut sangatlah banyak. Satu-satunya pertanyaan yang memasuki pikiranku adalah kenapa dia memberikan uang tersebut padaku?.
Tangannya yang dingin menarik tanganku, yang mungkin berarti bahwa dia ingin mengajakku pergi keluar.
Dalam perjalanan, aku yang sensitif terhadap kontak fisik, perlahan-lahan bersentuhan dengan tangannya, bergerak sedikit demi sedikit ke tangannya, hingga jari-jari kami akhirnya saling terkait satu sama lain.
Mengapa hanya aku yang merasakan jantungku berdetak dengan lebih cepat? Itulah yang ada di pikiranku waktu itu.
Tidak lama kemudian, akhirnya kami sampai pada jalan setapak di kaki gunung.
Meskipun aku pernah ke pasar di desa sebelumnya, akan tetapi jumlah karavan Black Merchant di sini benar-benar membuatku terkejut.
Sebuah gerobak hitam yang bahkan terlihat seperti tanpa akhir! Jumlah gerobaknya mungkin dengan mudah akan sampai lebih dari 50! Menyebar di sisi-sisi jalan, setiap jenis gerobak ditutupi dengan kain hitam ataupun yang memiliki kanopi hitam disandarkan di atasnya.
Mirip seperti Medusa, pelanggan yabg dibalut jubah hitam juga, sementara para pedagang semuanya mengenakan topi hitam yang sama pada bagian atasnya.
Seperti dalam sebuah sekenario, satu-satunya hal yang memiliki warna berbeda adalah mechandise yang ada di rak-rak.
Jika aku harus katakan tentang pebedaan antara pasar di desa dengan pasar gelap, itu terletak pada kesunyian dan rasa menyeramkan yang ada di sana.
Seolah kegiatan transaksi pembelian yang orang-orang lakukan di sana tidak memerlukan pertukaran kata. Satu-satunya suara yang bisa kudengar dengan jelas hanyalah suara dentingan koin.
“Apakah ini pasar gelap legendaris?”
Untuk hal itu, aku hanya bisa mendesah.
Setelah mengikuti dia ke kereta utama dari Black Merchants, seakan-akan dia menunjukan tempat itu kepadaku, kami kemudian berjalan santai mulai saat itu.
Kereta utama ditarik oleh tiga kuda, sesuatu yang membuatku merasa senang adalah melihat adanya hewan yang sama seperti hewan di duniaku.
Aku bahkan berpikir untuk menyentuh surai kuda itu, tapi aku segera mengurungkan niatku ketika aku melihat kuda jinak itu memamerkan tarinnya yang indah kepadaku ….
Selain memiliki kuda yang lebih sedikit dari pada gerbong lain, bagian badan kereta memiliki pelakat* dengan gambar matahari dicat hitam di atasnya.
Gerbong kedua hanya memiliki sebuah jendela kecil, dengan pelakat bergantungan di sisi luarnya. Pada saat ada sebuah gambaran yang mudah dipahami yakni tentang nilai koin emas, koin perak, tertulis menggunakan kapur.
Tentu saja, aku tidak bisa mengerti gambarnya, akan tetapi rasanya hal itu bukanlah sejumlah kecil nilai dari uang. Melihat koin emas berwarna kuning yang ada di dalam tas ( jika ini semua benar-benar koin emas), itu tidak membuatku merasa terbantu akan tetapi aku merasa seperti baru saja berkenalan dengan seorang millioner .
Untuk seorang Medusa, sudah sewajarnya dia memiliki beberapa harta karun, kan?
Dari kereta yang ketiga dan seterusnya merupakan gerobak-gerobak bagi para pedagang yang menjual barang dagangannya. Di stan-stan, ada banyak macam barang mulai dari rempah-rempah untuk bumbu dan bahkan sebuah perisai.
Nampaknya kita bisa mendapatkan semua yang kita butuhkan hari ini di tempat ini…
…….
“Dari mana tekanan aneh ini datang?” gumamku dalam hati.
Semenjak aku tiba di sini, perasaan tidak nyaman membayangiku – setiap kali aku menundukan kepalaku, rasanya seperti semua orang menatapku, namun ketika aku mengangkat kepalaku, mereka dengan cepatnya berpaling.
“Melihatku seperti orang aneh. Tidak pernahkah mereka melihat manusa yang berasal dari dunia lain?”
“Apakah Medusa menemukan seorang pacar manusia, itu hal yang jarang terjadi?”
……
Eh, bukan masalah, hal ini mungkin sebenarnya agak aneh.
Tapi tolong berhenti menatapku. Tidak mungkinkah mereka yang berjubah seorang pelanggan monster juga? Setidaknya aku ini manusia!
Berbicara tentang manusia, para pedagang semuanya merupakan manusia. Namun sayangnya, mereka tidak mengerti bahasa inggris ataupun mandarin, karena ketika aku membeli garam, mengatakan ‘how much’ atau ‘duoshaoqian’ itu sama sekali tidak.
Sama seperti yang kupikirkan, bahasa merupakan salah satu faktor penting. Terlepas dari bahasa, jika aku mungkin bisa belajar dari salah seorang dari mereka, aku mungkin akan bisa berkomunikasi dengan orang-orang dari dunia ini.
Dengan demikian, setelah aku membeli garam, aku memegang tangannya dan menariknya ke grobak yang nampak seperti menjual buku-buku.
Ini juga merupakan hal yang terjadi pada saat membeli buku dan pensil, juga selain itu aku tidak dapat mengingat tentang cerita apapun dalam pikiranku.
Mengenai pembelian buku, setiap kali aku berpikir kembali tentang hal itu, itu merupakan ‘bom intelektual’ku yang pertama semenjak aku datang ke dunia ini.
Mengingat fakta bahwa orang satu-satunya yang bisa kuajak berkomunikasi setiap hari hanyalah Medusa, orang yang menggenggam tangganku, dapat dikatakan bahwa aku harus membuatnya menjadi pengajar.
Sebagai seseorang yang tidak memiliki pengetahuan tentang bahasa, aku memilih buku yang tebal dengan selingan ilustrasi. Bahkan di dunia yang berbeda, cara penyusunan buku-buku tersebut harusnya tidak jauh berbeda.
Ketebalan dari sebuah buku, menandakan banyaknya informasi yang tersimpan. Semakin banyak ilustrasi yang terdapat pada sebuah buku, maka semakin mudah untuk memahami konten tersebut.
Dengan demikian, rencana menggunakan ilustrasi untuk belajar bahasa dari buku-buku tersebut mulai tergambar dalam pikiranku.
Setelah kurang lebih satu jam, jumlah pelanggan secara bertahap mulai menurun. Aku mulai menghitung apa yang kami dapatkan hari ini 2 keranjang besar dari sesuatu.
Sebuah rempah-rempah yang terasa seperti garam, beberapa rempah-rempah lainnya yang cukup populer, dua set pakaian murah, sepatu yang terbuat dari linen, buku, pensil, dan banyak hal yang nampak berguna tapi aku tidak yakin bagaimana mereka digunakan.
Melihat apa yang kami beli, kami telah menghabiskan sekitar 4 koin emas, dengan sisa 21 koin normal. Koin normal tidak terbuat dari emas, dan masing-masing sisi memiliki sesuatu seperti gambar di atasnya. Di satu sisi, terdapat tulisan relief, dan di sisi lain terdapat comeo potrait.
Mata uang ini mungkin digunakan secara luas di beberapa negara, atau mungkin bahkan di dalam dunia ini. Lebih dari itu, bahkan jika aku memikirkan koin emas dengan sekilas, akan sangat mudah mengetahui bahwa koin emas itu bernilai lebih dari 21 koin normal.
Ya Tuhan, jika aku membawa tas penuh koin emas ini ke para pedagang di kota, aku mungkin bisa jadi sesuatu yang penting!
Bertahanlah. Tenangkan diri. Perasaan (genggaman) yang ada di tangganku mengingatkanku pada wanita berjubah di sampingku.
Mungkin, karena aku terlalu bersemangat, aku lupa bahwa orang yang telah memberi kesempatan ini adalah dia ……
Untuk sesaat, aku bahkan merasa seperti aku tidak layak menggenggam tanggannya.
Dia, yang selalu diam di sampingku sampai saat ini, menyaksikan manusia normal, yang baru dia temui selama 5 hari telah menghabiskan uangnya.
Aku berubah menjadi seoang peria yang menjadi kejam dan dingin ketika memiliki banyak uang.
Akan tetapi pada saat itu, di dunia yang asing ini, aku memutuskan untuk mengubah diriku.
Melihat karavan yang masih belum pergi, aku melemparkan keranjang penuh belanjaan dan berlari menuju satu-satunya pedagang yang menjual aksesoris.
Ketika aku kembali, sambil terengah-engah, ada kalung yang kubeli seharga 20 koin emas di tanganku – kalung yang aku temukan untuk menjadi sesuatu yang paling istimewa dan indah dari semua itu.
Membuka kap mantelnya, di bawah tatapan tak terbayangkan dari orang-orang di sekitar kami, aku memasangkan kalung itu di lehernya.
“Maaf ini adalah satu-satunya hal yg dapat aku lakukan untukmu sekarang.”
Dengan wajahnya yang nampak terkejut, aku berkata dalam bahasa mandarin. Lalu, seperti layaknya yang mereka lakukan dalam drama di TV, aku memeluknya dengan erat.
Sejak saat itu hingga waktu yang lama, rumor aneh tentang ‘orang aneh yang bersama Medusa’ mulai menyebar di perkotaan.
No comments:
Post a Comment